sedikit amal dan kesadaran - al hikam
BISMILLAAHIR ROHMANIR ROHIM.
( Jika Tuhan membukakan jalan untuk ma’rifat (sadar kepada-NYA),
jangan pedulikan masalah amalmu yang masih sedikit sekalipun,sebab
Tuhan tidak membukakan itu bagimu melainkan ia akan memperkenalkan diri
kepadamu).
Dus soal ma’rifat atau kesadarn kepada Alloh SWT sekalipun sedikit atau
sebagaian, jangan sampai memandang kepada amalnya yang masih sedikit
lalu putus asa,jangan !. Dan sekalipun sudah ada hasilnya, supaya
diteruskan itu amal-amalan. Yang sudah berhasil, supaya dipelihara yang
sebaik-baiknya, dan yang belum berhasil jangan putus asa, terus usaha
agar supaya berhasil !. Dus sama saja soal-soal yang lain. Orang menuju
kepada Alloh SWT, umumnya menurut perjuangan atau ikhtiarnya. Yang
sungguh-sungguh kuat dan tepat dalam perjalanan tentu hasilnya juga
seimbang dengan jerih payahnya. Tapi perlu diingat bahwa dalam
perjalanan itu banyak rintangan-rintangan dan hambatan-hambatan dari
luar, dari dalam, dari segala jurusan. Selalu ada !.
Dalam pengajian ini diperingatkan jangan sampai teledor atau putus asa.
Lebih-lebih kalau sudah ada hasilnya, banyak atau sedikit, jangan
sampai teledor dan lengah !. Rintangan-rintangan banyak sekali, dari
luar maupun dari dalam. Entah soal ekonomi, entah soal rumah tangga,
entah soal usaha atau perjalanan itu sendiri, mujahadah-mujahadah dan
lan-lain. Kalau sudah memiliki rasa BILLAH misalnya, atau merasa selalu
di incer, diawasi oleh Tuhan (muroqobah) ini harus di
tingkatkan,dipelihara !. Jangan sampai puas sampai disitu dan jangan
lengah terhadap gangguan-gangguan yang mungkin timbul dari berbagai
persoalan !. Adapun jika menghadapi rintangan atau gangguan, harus sabar
atau ridlo, disamping menghilangkan rintangan dan gangguan itu. Malah,
harus bisa memanfaatkan rintangan itu untuk kesadaran.
Arab 56
(Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rita atau kesadaran kitu semata-mata
pemberian karunia Tuhan kepadamu, sedang amal perbuatanmu adalah hadia
dari padamu. Maka betapa jauhnya perbedaan antara hadiamu dan pemberian
karunia Tuhan ?)
Dus, disini diperingatkan, bahwa soal kesadaran kepada Alloh wa
Rosulihi SAW seklipun hanya sedikit, lebih-lebih kalu dibandingkan
dengan usahanya, sekalipun sedikit pemberian dari Alloh SWT. Sedangkan
amal seklipun banyak, adalah merupakan usaha sihamba. Sedikit dari pada
Alloh SWT masih jauh lebih berharga dari amal hadiah dari si
hambasekalipun betapa besarnya amal itu. Lagi pula amal si hambaitu
manfaatnya kemabali kepada itu sendiri, sama sekali tidak mempengaruhi.
Hadiah dari hamba sekalipun betapa besarnya yang dihadiakan kepada
Tuhanya, sama sekali tidak berarti kalau di bandingkan dengan hadiah
Tuhan atau pemberia Gusti kepada hambanya. Sekalipun peparing itu
sedikit, ini dapat kita ambil gambaran umpamanya seorang rakyat jelata
menerima hadiah dari presiden. Seklipun pemberian itu hanya sedikit,
tapi dia si rakyat tadi tentu gembira dan bangga menerima hadiah dari
presiden. Atau kalu tidak usah sampai diberi, dipangil begitu saja si
rakyat tadi sudah bangga sekali. Malah, sekalipun didalam melaksanakan
panggilan itu makan biaya dan pikiran, si rakyat yang dipanggil tadui
tetap gembira dan bangga menerima panggilan dari presidennya. Mala
seorang rakyat yang langsung diperintah oleh seorang Kepala Negara atau
Raja, atau Presiden, sekalipun itu perintah, betapapun beratnya dia
tetap gembira dan bangga melaksanakan perintah yang langsung di berikan
oleh perisidenya itu. Karena merasa istimewah, dekat dengan Kepala
Negara.
Hadiah dari seorang rakyat kepada Kepala Negara, sekalipun betapa
besarnya masih jauh tidak sebanding jika dibandinkan dengan hadiah
Kepala Negara kepada rakyatnya. Itu baru Kepala Negara, sesama manusia.
Lha lebih-lebih hadiah dari Alloh SWT, jauh sama sekali tidak dapat
digambarkan betapa nilainya !. Alloh Maha Agung, Maha Mulia, Maha
Kuasa,Maaha, Maha, Maha.
Arab 57
( Sedikit amal disertai kesadaran lebih baik dari banyak amal tanpa kesadaran (ma’rifat) ).
Amal sedikit tapi di dasari kesadaran kepada Alloh SWT lebih baik daripada banyak amal tapi tanpa kesadaran kepada Alloh SWT.
Ini kita didalam Wahidiyah sering bicara, sering mendengar, bahkan
sudah merasakan. Maka yang pokok mari kita tingkatkan, disamping koreksi
pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah !. Koreksi, perlunya untuk
meningkatkan dan menyempurnakan. Meningkatkan dan menyempurnakan soal
lahiriyah terutama soal batiniyah, lahiriyah harus kita koreksi dan kita
sempurnakan. Yah sekalipun yang paling penting dan paling pokok adalah
batiniyah, tapi soal lahiriyah tidak boleh kita abaikan !. Dan harus
“TAQDIMUL AHAM FAL AHAM” !. Ini kita berjuang untuk batiniyah dan
lahoiriyah itu bersama-sama, bisa dan kita mampu. Disamping memperbaiki
batiniyah, lahiriyah, disamping lahiriyah batiniyah. Seharusnya begitu
!. Dan kita mampu.
Arab 58
Kalau orang sudah mempunyai pengalaman kesadaran kepada Alloh SWT,
supaya lebih ditingkatkan perhatiannya, agar menjadi otomatis terus
bertambah. Terus bertambah ini yang lebih aham dari pada amal lahir.
Namun begitu, amal lahir tidak boleh kita abaikan, harus juga kita
usahakan peningkatan dan penyempurnaan, tapi terutama amal batin. Atau
dengan kata lain amal lahir harus menjadi realisasi dari pada amal
batin. Dus batin kita hatus senantiasa mengomando kepada amal lahir
kita !.
Arab 58
Hati, adalah Rajanya anggota lahiriyah. Kalau hatinya baik lahiriyahnya
juga baik. Kalau buruk ya buruk. Maka dari itu, disamping meningkatkan
dan menyempurnakan batiniyah, lahiriyah harus juga ditingkatkan !.
Atau disamping meningkatkan dan menyempurnakan lahiriyahnya, juga
batiniyahnya terutama.
Arab 58
Dikatakan : Umumnya orang ‘Arifin pada akhirnya tidak seperti ketika
pada saat-saat pertama mengenai kegitannya. Sebab dia yang lebih
dipentingkan adalah batinnya didalam Syuhud kepada Alloh SWT. Tapi
otomatis dia kalau waktu ada kesempatan kelihatan giat lahiriyahnya.
Tapi harus ada pertimbanagn “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM”. Malah,
setengahnya ‘Arifin mengatakan, bahwa oarang yang di hadrotulloh, orang
yang sadar, mestinya, adabnya, harus diam lahiriyahnya maupun
batiniyah. Dia seorang yang sadar, seorang yang ada dihadapan Alloh SWT
adabnya harus diam. Kecuali ada kebutuhan yang sangat. Tapi kalau
tidak membutuhkan, harus diam. Boleh digambarkan sebagai seorang rakyat
umpamanya. Dia dihadapan pembesar atau Kepala Negara, mestinya adabnya
menundukan kepala dan diam, tidak banyak bicara. Terutama bicara yang
tidak berguna. Lebih-lebih terhadap Alloh SWT, harus diam. Kecuali ada
hal-hal penting misalnya dalam penyiaran, atau nahi munkar, dan
lain-lainnya. Diam di dalam Syuhud kepada Alloh SWT. Di dalam sowa
dihadapan Alloh SWT. Di dalam audensi, atau merasakan betapa Agungnya
Alloh SWT, sempurnanya Alloh SWT !. Betapa banyaknya nikmat dari Alloh
SWT !. Nikmat yangmengalir ke seluruh makhluq dalam segala bidang dan
segala bentuk. Dan kepada dirinya sendiri, lahiriyah maupun batiniyah
!.
Arab 59
( Beraneka warna jenisnya amal perbuatan, disebabkan karena
bermacam-macamnya pemberian karunia Alloh yang diberikan kepada
hambanya ).
Amal ibadahnya orang itu bermacam-macam, karena komandonya hati.
Komando hati dan hati mengomando itu karena ada sorotan dari Alloh SWT.
Atau fadlol dari Alloh SWT.
Disebutkan “ Khal” atau bentuk jamaknya “Akhwal”, yaitu keadaan hati,
atau sikap moril yang berada didalam hati, sehingga hati ini bergerak
ingin begini, ingin begitu. Ingin Mujahadah, ingin baca Sholawat, ingin
istighfar, ingin dzikir “Alloh-Alloh” atau “laa ilaha Illalloh”, atau
.....Yaa Waahidu Yaa Ahad, Yaa waajidu Yaa jawaad, dan sebagainya dan
sebagainya. Ada yang ingin menolong orang lain, ingin menyiarkan dan
sebagainya itu bermacam-macam oleh karena bermacam-macam pula dorongan
atau tekanan dari hati. Dan hati menekan begitu itu sebab ditekan oleh
fadlol Alloh SWT.
Arab 60
Sebabnya demikian itu ialah karena ada apa-apa yang datang dari Alloh
yangm menyebabkan hati yang kedatangan tadi menjadi begini begitu.
Arab 60
Lalu bagaimana caranya, disini ?. Yang baik, yang wajar dan
seharusnya ayitu melaksanakan apa yang jadi komando hati sebab. Hati
dikomando oleh “warid Ilahi”. Begitu itu apabila tidak berada dibawah
tarbiyah atau pendidikan seoarang Guru yang sempurna. Yaitu seorang
yang sadar dan dapat menyadarkan orang lain. Guru atau Syekh yang Kamil
Mukaamil. Tapi kalau seseorang berada dibawah asuhan seorang Guru
Kamil Mukaamil, harus tunduk seratus persen kepadanya. Sekalipun hal
itu mungkin bertentangan dengan “Waarid”nya, bertentangan dengan
keadaan hati. Otomatis caranya orang yang mengasuh orang lain untuk
sadar kepada Alloh SWT, otomatis berbeda-beda. Bermacam-macam seperti
halnya soal lahiriyah. Setengahnya ‘Arifin menyabdakan kurang lebih :
Arab 60
( Barang siapa keluar meninggalkan dunia (mati) belum menemukan seorang
Guru Mursyid yang Kamil Mukkamil yang mengasuh dirinya ke arah
kesadaran kepada Alloh SWT, maka dia membawa dosa besar dan rugi ).
Atau seperti dawuh Syekh Hasan Asy-Syadzali Ra :
Arab 61
( Barang siapa yang belum mencicipi/merasakan ilmuku ini (maksudnya
soal kesadaran kepada Alloh SWT ),maka matinya membawa dosa besar
sekalipun betapa banyak amalnya, dan dia tidak tahu, tidak merasa ).
Jadi kalau seseorang berada di bawah asuhan seseorang Guru yang
sempurna yang mengantarkan wusul kepada Alloh SWT, dia harus bersikap :
Arab 61
Seperti mayit di bawah tangan orang yang memandikan. Harus tunduk menyerah bongkokkan seratus persen.
Bermacam-macam dalam sejarah, orang yang menyadarkan kepada Tuhan. Ada
orang yang hanya disuruh baca “Alloh-Alloh” saja, ada yang disuruh
riadlo-riadlo, dan banyak lagi macamnya. Yah, tidak berbeda dengan
seorang dokter yang mengobati pasienya. Seorang dokter, atau seorang
tabib, bermacam-mcam caranya untuk mengobati pasienya. Dan melihat
keadaan si pasien dan jenis penyakitnya. Juga tergantung pada kemampuan
yang ada padanya.
Para hadirin hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini di ridloi
Alloh SWT!. Dan kita hubungan, pengajian ini, kita sebagai pengamal
Wahidiyah harus bertasyakur atas adanya sholawat Wahidiyah yang kita
miliki ini!. Alhamdulillah, banyak sekali hasil hasilnya yangkita
peroleh dengan perantaraan sholawat wahidiyah, terutama hubungan soal
kesadaran kepada Alloh wa Rosullihi SAW!. Hubungan kita kepada Alloh
SWT, didalam kita mengabdiakn diri kepada Alloh SWT, alhamdilillah
sedikit banyak kita dikaruniai kesadaran dengan cara-cara yang ringan
dan gampang. Ini harus kita tingkatkan syukur kita!. Dan mari para
hadirin hadirot wahidiyah yang sudah kita miliki ini kita pelihara kita
jaga, kita perhatikan, kita tingkatkan dalam segala bidang!. Kenyatan
dan pengalaman, alhamdulillah hasilnya memuaskan sekali. Terutama soal
kesasdaran kepada Alloh SWT.
Dikatakan bahwa “Asy-Syaikhul Kamilu” guru yang sempurna yang dapat
mengantarkan kesadaran kepada Tuhan, pada zaman akhir sulit di temukan.
Digambarkan seperti mencari burung Gagak Putih. Yah, pokoknya jarang
sekali. Itu baru mencarinya. Mencari, orang siapa yang dapat
menghantarkan wusul kepada Alloh SWT. Sudah suli, belim lagi bagaimana
caranya nanti. Lah ini para hadirin hadirot, kita didalam wahidiyah
diparingi mudah, dengan wahidiyah, dengan pupuk wahidiyah, kita
diparingi sedikit banyak, kesadaran kepada Alloh SWT. Itu sungguh, suatu
fadlol yang sangat besar sekali. Dari itu harus kita syukuri dengan
sungguh-sungguh.
Arab 62
Dikatakan disini, bahwa bermacam macam amal bagi orang yang menuju
kepada Alloh SWT yang sunguh-sunguh, itu, karena berbeda bedanya
ketetapan hatinya. Suatu ketika yang di antepi ini, satu ketika yang
lain itu, bermacam-macam. Ada yang banyak macamnya. Ada yang sedikit
malah ada yang pancet satu macam saja. Misalnya hanya Alloh, Alloh saja
dan sebagainya .
Maka juga ada cara yangbanyak, adajuga cara yang sedikit, amal itu
ibaratnya seperti makanan, tiap makanan pasti ada vitamin-vitamin yang
ter kandung didalamnya, dan ada yang satu sama lain diantara
jenis-jenis makanan itu vitaminnya juga bermacam-macam, tidak sama.
Amal yang banyak dengan sendirinya vitaminnya juga banyak dan
bermacam-macam. Dan bermacam-macam pula manfaatnya bagi yang memakan
makanan itu.Begitu juga amal, amal, bermacam-macam juga vitaminnya
ibarat makanan, bermacam-macam faedah dan daya gunannya.
Ada amal yang disitu membicarakan betapa murahnya tuhan. Ada lagi amal
atau”Asmaak”yang berisi mengutarakan, kekuasaan tuhan atau keadilan
tuhan, lha itu otomatis pengaruhnya terhadap hati berbeda-beda. Kalau
amal itu membicarakan atau menguraikan kemurahan tuhan, kasih sayang
tuhan, itu otomatis ada buahnya didalam hati. Kalau ingat bahwa tuhan
senantiasa mengetahui keadaan kita, otomatis mempengaruhi diri kita.
Kits menjadi senantiasa takut, tidak berani berkutik. Dan sebagainya,
dan sebagainya.
Ada amal yang hanya ingat kesatu macam saja. Tapi sekalipun hanya satu
macam, tapi sudah meliputi segala segi, dari jenis-jenis yang lain.
Umpamanya hanya”Allah “thok. Sekalipun hanya satu macam, “Allah”Tuhan
otomatis. Maha, Maha Tahu, Maha kuasa, Maha Kasih sayang, Maha, Maha,
Maha, Maha. Dus satu asmak saja sudah mencakup bermacam-macam bidang.
Tapi ada juga yang hanya satu macam asmak, tidak mencakup yang
lain-lain. Misalnya”al-qoodiru”. Otomatis kuasa, belas kasihan tidak
termasuk disitu.
Dus mudahnya, kembali kepada pengajian, orang yang beribadah atau
mengabdikan diri kepada Tuhan, itu dengan bermacam-macam amalan dan
caranya. Lha bermacam-macamnya amal itu, dikarenakan bermacam-macamnya
esakan atau dorongan yangberpengaruh dalam hati. Hati krenteg begini,
kerenteg begitu. Lha hati yang begitu itu karena dari Allah SWT, yang
disini disebut”waaridun ilaahiyum”. Atau fadlol dari Allah SWT.
Dus dorongan dalam hati begini begitu, karena memang dari Allah SWT,
harus diikuti. Misalnya pada suatu ketika tergerak banyak”yaa
syafi’al”.... saja, dan pada lain kesempatan”fafirruu....” dan lainnya
lagi “Allohumma yaa waahidu...” lha itu supaya dipempeng, diperbanyak
dan ditingkatkan nilainya!. Mungkin ada lagi yang ingin memperbanyak
semuanya. Itu juga harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kesemuanya itu tadi jika tidak berada dalam tarbiyah atau asuhan
seorang Syekh atau guru yang otomatis guru itu lebih mengetahui seluk
beluk jalan menuju kesadaran kepada Alloh SWT. Beliau seorang kaamil
mukammil yang sudah berpengalaman mengalami liku-likunya perjalanan
menuju kesadaran. Ibaratnya deorang dokter betul-betul menguasai
jenis-jenis penyakit si pasien, dan mengetahui dengan tepat obat apa
yang cocok untuk menyembuhkan si pasien. Dus, kalau kita berada dibawah
asuhan seorang guru yang kaamil mukammil, apa yang tergerak didalam
hati, itulah yang harus diikuti dan dilaksanakan. Tetapi kalau berada
dibawah asuhan guru yang kaamil mukammil, harus, harus, seratus persen
tunduk mengikuti petunjuk guru!. Sekalipun mungkin petunjuk itu
berlawana dengan krenteg dalam hati.
Seorang yang kaamil mukammil dapat ditandai dalam lahiriyahnya, yaitu
antara lain dalam bidang syari’at beliau sempurna, konsekwen,tidak ada
cacatnnya. Hububungan dalam masyarakat, beliau tidak mengecewakan.
Hubungan soal ibadah lahiriyyah juga tidak mengecewakan.Itu lairiyyah
beliau.Disamping itu batiniyah beliau otomatis senantiasa sadar kepada
Alloh SWT.Sadar dan menyadarkan orang lain.Tapi itu tidak
kelihatan.Tidak mudah di ketahui lain orang atau masyarakat.Dus yang
bisa ditandai yaitu soal lahiriyyahnya.Soal agama minim tidak
mengecewakan,sooal hubungan dalam masyarakat juga tidak mengecewakan
.Lha umpamanya sekarang ada seorang lahiriyyahnya sudah kelihatan
mengecewakan,baik dalam soal agamanya lebih-lebih,mampu dalam
hubungannya didalam masyarakat,itu otomatis tidak dapat disebut
“kaamilun mukaamilun”. Sebab pada zaman akhir mungkin saja ada orang
yang belum, yang mungkin memang sama sekali plasu, atau munkin dianya
belum,belum mampu untuk mengantarkan kearah kesadaran kepada Alloh
SWT.Itu mungkin sekali ada, karena itu hasur berhati-hati memilih guru
Maamil Mukammil. Dus mungkin sekali ada orang yang memang dia sudah
sadar kepada Alloh SWT. memang sungguh-sungguh sudah minal ‘arifi,
tetapi dia belum mampu untuk mengantarkan orang lain sadar kepada Alloh
SWT.
Dus, yang dapat dipakai pedoman, soal lahiriyah saja. Soal agamanya
tidak mengecewakan. Adapun soal lahiriyahnya seseorang itu tidak mudah
diketahui. Dan hubunnganya didalam masyarakat juga tidak mngecewakan.
Lha kalau salah satu dari dua hubungan itu mengecewakan, berarti belum
memenuhi syarat-syarat guru kamil mukammil. Ini harus dihindari!.
Para hadirin hadirot, kembali kewahidiyah. Alhamdulillah para hadirin
hadirot!, insya Alloh wahidiyah ini cukup untuk kita buat alat, untuk
sowan kehadapan Alloh warasulihi SAW!. Dan insya Alloh cukup, untuk
mengantar orang lain, kita antarkan sowan beraudensi dihadapan Alloh
warosulihi SAW. Insya Alloh cukup tinggal kita para hadirin hadirot!,
sesunguhnya kita sudah ada kemampuan untuk itu. Tinggal mau atau
tidak!. Tetapi sesungguhnya kita sudah diberi memilikikemampuan.
Kemampuan yang cukup, dan cara-cara dan alat yang kitaa miliki juga
mampu untuk sowan dan menyowankan, untuk sadar dan menyadarkan, intu
mampu.
Mari para hadirin hadirot, kita perhatikan kita tingkatkan sebanyak mungkin, sesempurna-sesempurnamya!.
Para hadirin hadirot, ya mudah mudah-mudahan pengajian ini diridloi
oleh Alloh SWT, mendapat syafaat Rasulillahi SAW, mendapat jangkungan
dan tarbiyah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman waa’waanihi dan semua kekasih
Alloh SWT!. Mudah-mudahan kita dapat menggunakan alat yang kita miliki
yaitu perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW!. Kita gunakan dengan
semestinya, kita gunakan untuk sowan kepada Alloh wa Rosulihi SAW, dan
menyowankan umat dan masyarakat kehadirat Alloh wa Rosulihi SAW.
Amiin!