asal segala ketaatan/kebaikan - al hikam
{وَأَصْلُ
كُلِّ طَاعَةٍ وَيَقْظَةٍ وَعِفَةٍ عَدَمُ الرِّضَا مِنْكَ عَنْهَا }
Sumbernya segala tho'at, tho'at melaksanakan perintah
Alloh SWT dengan ikhlas dan menjauhi larangan-larangan dari Alloh Ta’ala, dan
sadar kepada-NYA, dan menjauhkan diri dari nafsu atau segala yang bersangkutan
dengan nafsu. Baik langsung maupun tidak langsung, itu semua dapatnya
dilaksanakan, sumbernya adalah tidak puasa kepada nafsu ! Anti pada nafsu !
Barang siapa anti pada sesuatu otomatis memandang pada sesuatu itu selalu
jelek. Dan oleh karenanya sama sekali tidak terpengaruh ! tidak merasa puas
terhadap apa yang dia anti. Itu nafsu.
Setengah
dari pada kesenangan nafsu ialah, “aras-arasen”, malas, jemu dan sebagainya.
Diajak Mujahadah terasa berat, ini jelas kena pengaruh nafsu. Kena belenggunya
nafsu. Banyak lagi kesenangan-kesenangan nafsu. Antara lain lagi, ingin selalu
enak dan kepenak!. tidak mau kangelan. Pokoknya kesenangan nafsu itu seperti di
surga itu. Serba ada. Serba “kun fayakun”. Serba mengkilat, serba menggiurkan,
serba memencutkan. Pokoknya seperti di sorga
itulah yang menjadi keringinan nafsu. Mana bisa hadirin-hadirot, didunia
kok ingin disurga. Itu tidak mungkin, dunia kok mau dijadikan surga. Itu
namanya menyalahgunakan ! kalau menyalahgunakan itu nanti surganya adalah “Jahanam”.
Dus,
orang kok nutut pada nafsunya, sekalipun kelihatannya enak dan kepenak,
menguntungkan dan membahagiakan, tapi nanti akibatnya. ...,jauh lebih sengsara
dan lebih hina seperti halnya racun yang dibungkus madu atau minuman lezat tapi
sesunggubnya racun ! Ya betul, pada waktu makan atau minum yang hanya singkat
sekali itu seolah-olah enak dan lezat, tapi pada detik kemudian baru terasa rasa
racun tadi. Sehingga berakibat membinasakan!. Begitu juga keinginan nafsu.
Sekalipun enak dan kepenak, enak dan kepenak itu hanya dalam waktu yang sangat
singkat sekali! Kemudian pada detik-detik berikutnya haru terasa suatu racum
yang sangat berbahaya dan sangat membawa kerugian yang besar sekali ! Tak dapat
dibayangkan betapa pedihnya ketika merasakan akibat dari pada minum racun
“keinginan nafsu” tadi !
“WA
ASLU KULLI THOO’ATIN 'WA YAQODHOTIN WA IFFATIN ADAMUR RIDLO MINKA ‘ANHA”. Asalnya atau sumber segala
tho'at atau perbuatan-perbuatan yang diridloi Alloh SWT, perbuatan-perbuatan
yang megntungkan pada umat dan masyarakat, ini sumbernya ialah “tidak nurut
kepada nafsu”. Benci kepada nafsu. Nafsu keinginannya menyalahgunakan. Korupsi
dan sebagainya dan sebagainya !
Andai
kata bangsa Indonesia
sudah hebas dari imperialis nafsu, terutama mereka-mereka yang berkompeten, ….
otomatis seperti pepatah “Suwe mijet wohing ranti” : lebih lama memijat buah
ranti. Artinya masyarakat adil makmur yang dicita-citakan bangsa Indonesia akan
dapat terwujud lebih cepat dari pada memijat buah ranti. Akan tetapi oleh
karena bangsa Indonesia
sebagian besar. Terutama mereka-meraka yang berkompeten masih dijajah oleh
imperialis nafsu yang ganas, menjadi keadaannya seperti yang kita alami sekarang
ini. Dekadensi moral, penyelewengan, korupsi dan penyalahgunaan makin
menjadi-jadi tumbuh di berbagai banyak bidang.
Maka
dari itu perlu sekali adanya koreksi yang terus menerus kepada imperialis nafsu
!. Kalau kita tidak selalu curiga dan waspada, senantiasa mengarahkan, otomatis
kita terjebak oleh nafsu !. Kita terjerumus oleh bujukan nafsu !. Ini tidak
berarti kita harus meninggalkan atau menentang sama sekali kepada nafsu,
tapi... “Mengarahkan”. Mengarahkan dan menertibkan nafsu-nafsu itu, sehingga
tidak berlarut-larut, sehingga tidak berlebih-lebihan ! sekali lagi mengarahkan
!. Mengarahkan. Nafsu dibuat oleh Alloh SWT itu adalah justru untuk ...
untuk supaya dimanfaatkan oleh hamba-NYA! Dimanfaatkan, dijadikan kendaraan
yang harus dinaiki untuk ... untuk sowan menghadap kehadirat Alloh SWT ! untuk
FAFIRRUU ILALLOH WA ROSULIHI SAW ! Ini maksudnya Alloh Ta'ala mencipta nafsu di
dalam kita semua. Tapi jika “kendaraan” atau nafsu itu tadi tidak kita gunakan
sebagai kendaraan untuk sowan menghadap kehadirot Alloh SWT, berarti
menyalahgunakan ! Seperti halnya diantara kita umpamanya dipinjami atau diberi sesuatu
oleh orang lain lebih-lebih orang tua kita, kok tidak laksanakan seperti yang
dikehendaki oleh yang memberi atau meminjami itu, ini berarti kita
menyalahgunakan. Berarti kita menyelewengkan dan korupsi terhadap apa-apa yang
telah kita terima. Begitu juga Alloh SWT memberi nafsu kepada kita, supaya kita
pergunakan untuk sowan menghadap kepada-NYA yang memberi nafsu itu ! sebab
kalau kita tidak punya nafsu, nafsu makan, misalnya, sekalipun terasa lapar
tidak makan. Ini berarti membinasakan pada fisik jasmani kita sendiri. Kedua,
lalu kita tidak bisa sowan sadar dan mengabdikan diri kepada-NYA melalui nafsu
makan itu. Artinya kita makan demi untuk pelaksanaan dari LILLAH BILLAH. Kalau
kita tidak. makan, otomatis kita tidak bisa LILLAH BILLAH dalam bidang itu. Lha
itu maksudnya, nafsu makan supaya kita manfaatkan untuk sowan kepada Alloh SWT.
Atau untuk LILLAH, kalau tidak makan, kita tidak bisa melaksanakan LILLAH
pengabdian diri melalui saluran makan tadi.
Tapi
begitu juga kalau kita makan tidak diperuntukkan LILLAH, tidak kita arahkan
untuk pengabdian diri, hanya nuruti ajakan nafsu, itu berarti kita tidak
LILLAH, dan berarti kita menyalahgunakan !. otomatis kita harus bertanggung
jawab kepada yang memberi. Makan, tidak kita arahkan untuk LILLAH pengendalian
diri, lebih-lebih kalau berlebih-lebihan disamping tidak LILLAH tadi, kita mau
atau tidak mau pasti akan bertanggung jawab dihadapan ALLOH SWT. “Dulu didunia
saya beri nikmat makan,… kamu salah gunakan”. Dan seterusnya !. itu baru soal
makan. Begitu juga soal lain-lain, apa saja pokoknya yang ada pada kita
Soal lahiriyah maupun batiniyah kok tidak kita
pergunakan untuk pengabdian diri, untuk LILLAH, pasti dikemudian hari diminta
pertanggung jawaban !. satu persatu, tidak ada yang keliwatan !.
Lha
ini kita masing-masing bagaimana para hadirin-hadirot, mari kita koreksi !.
pokoknya segala perbuatan kita jika kita tidak sadari LILLAH BILLAH otomatis
kita dijajah oleh imperialis nafsu !. menjadi budaknya nafsu !. hamba nafsu
jadinya !. bukan hamba ALLOH SWT !. bagaimana para hadirin-hadirot ?.
Apabila
orang tidak puas atau anti terhadap nafsu, selalu mengarahkan dan menggunakan
nafsunya untuk mengabdikan diri kepada ALLOH SWT. Untuk pelaksanaan LILLAH,
otomatis segala sesuatunya selalu mendapat ridlo dari ALLOH SWT !. dia
senantiasa menguntungkan kepada lainnya. Senantiasa memberi manfaat kepada
lain. Jika orang senantiasa anti pada nafsu atau istilah yang popular
senantiasa LILLAH BILLAH, segala keadaannya senantiasa diridloi Alloh SWT wa
Rosuulihi SAW. Sebaliknya orang yang senantiasa LINNAFSI BINNAFSI, otomatis
senantiasa dikecam oleh Alloh SWT !. dan senantiasa merugikan kepada lainnya.
Kelihatannya menguntungkan kepada masyarakat, tapi sesungguhnya merugikan. Yang
benar sekali kelihatannya menguntungkan itu hanya buat kedok saja !.
lebih-lebih yang lahiriyahnya kelihatannya merugikan dan batiniyahnya
merugikan, itu jauh lebih besar merugikan !. itu tadi orang yang selalu LINAFSI
BINNAFSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar