peri kemnusiaan - al hikam
Mari para hadirin-hadirot, dalam bulan Romadlon ini
nanti terutama, mari kita memeras kemampuan yang ada pada kita untak tadlorru’
berdepe-depe kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, untuk berjuang Fafirruu
Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Terutama lewat jalan batiniyah, disamping
kemampuan lahiriyah kita!. Seperti kita maklumi, seperti yang diutarakan oleh
Pusat tadi, ummat masyarakat, ummat manusia semuanya haus sekali terhadap “air
jernih” yang dikatakan oleh Pusat tadi. “Air jernih” ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat ummat manusia tapi sayang umat manusia yang membutuhkan sekali “air
jernih” itu yang apabila umat manusia tidak berhasil memperoleh “air jernih”
itu akan hancur lebur buat selama-lamanya. Para
hadirin-hadirot umat manusia pada seluruhnya membutuhkan sekali “air yang
jernih”. Tapi sayangnya mereka banyak yang salah alamat dalam mencarinya. “Air
jernih” itu tempatnya di timur, ibaratnya, mereka lari-lari ke barat, otomatis
makin lama makin jauh dari “air jernih” yang dicari-carinya itu.
Para hadirin-hadirot, kita semua sedikit atau banyak tahu
dimana tempatnya air jernih itu, tahu bagaimana caranya memperoleh “air jernih”
itu, sedikit banyak kita tahu semua itu.
Mari para hadirin-hadirot, umat manusia sebagian besar kalau tidak boleh
saya katakan semuanya yang haus sekali, yang membutuhkan “air jemih” yang
menentukan sekali itu!. Para hadirin-hadirot,
kita semua sebagai manusia yang mempunyai perikemanusiaan, mari umat manusia
yang begitu butuh sekali itu kita tolong, kita tunjukkan dan kita beri “air
jernih” itu. Toh kita memberi “air jernih” itu tidak berarti lalu kehilangan
apa yang sudah kita miliki, balikan dengan memberikan “air jernih” itu kepada
umat dan masyarakat justru malah bertambah-tambah banyaknya “air jernih” yang
kita-kita miliki, yang simpan para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot,
bahkan para hadirin-hadirot kalau kita tidak mau memberikan “air jernih” kepada mereka, justru kita akan
kehilangan atau berkurang “air jernih” yang sudah kita miliki, yang sudah kita
simpan para hadirin-hadirot, Mari para hadirin-hadirot, ibarat pasien atau
orang yang sakit. Sakitnya sudah sangat gawat sekali. Sakit keras, obatnya
hanya satu macam. Dan kalau tidak secepat kilat minum obat yang hanya satu itu
para hadirin-hadirot, pasti dia si-sakit tadi mengalami bahaya maut. Nyawanya !
tinggal satu dua detik saja. Pasti mati kalau tidak cepat-cepat minum obat yang
satu tadi, yang dapat menghidupkan kembali. Saudara-saudara semua memiliki itu
para hadirin-hadirot! dan pasti kebahagiaan umat manusia hanya akan hidup dalam
satu dua detik lagi saja kalau tidak memperoleh obat mujarab dari para
hadirin-hadirot. Kalau terlanjur sampai menemui bahaya maut para
hadirin-hadirot, siapa yang bertanggung jawab itu para hadirin-hadirot ?, Pasti
kita tidak bisa lepas dari pertanggungan jawab para hadirin-hadirot. Kita
mampu, sedikit atau banyak, kalau tidak memberi obat yang sangat dibutuhkan
mereka itu..., dimaanaa letak peri kemanusiaan kita para hadirin-hadirot. Di
mana ?
Yah
maaf , Itu binatang hewan mengerti peri kemanusiaan. Tapi mengapa kita umat
manusia bahkan kita sebagai umat Islam, umatnya Rosuulihi SAW, kita sebagai
bangsa Indonesia yang berpancasila, malah kita sebagai Pengamal Wahidiyah
Pejuang Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW, kok tidak mau tahu, tidak punya rasa
peri kemanusiaan ini bagaimana ?. janggal sekali para hadirin-hadirot !
Oleh
karena itu, mari kita para hadirin-hadirot, terutama dalam bulan Romadhon ini,
Mari ! sungguh-sungguh segala kemampuan yang ada pada kita, kita sudahkan, kita
kerahkan dengan sungguh-sungguh, terutama bathiniyah kita... untuk Fafirruu
Ilallohi wa Rosuulihi SAW para hadirin-hadirot!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar