Senin, 07 Juli 2014

peri kemnusiaan - al hikam 


Mari para hadirin-hadirot, dalam bulan Romadlon ini nanti terutama, mari kita memeras kemampuan yang ada pada kita untak tadlorru’ berdepe-depe kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, untuk berjuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Terutama lewat jalan batiniyah, disamping kemampuan lahiriyah kita!. Seperti kita maklumi, seperti yang diutarakan oleh Pusat tadi, ummat masyarakat, ummat manusia semuanya haus sekali terhadap “air jernih” yang dikatakan oleh Pusat tadi. “Air jernih” ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat ummat manusia tapi sayang umat manusia yang membutuhkan sekali “air jernih” itu yang apabila umat manusia tidak berhasil memperoleh “air jernih” itu akan hancur lebur buat selama-lamanya. Para hadirin-hadirot umat manusia pada seluruhnya membutuhkan sekali “air yang jernih”. Tapi sayangnya mereka banyak yang salah alamat dalam mencarinya. “Air jernih” itu tempatnya di timur, ibaratnya, mereka lari-lari ke barat, otomatis makin lama makin jauh dari “air jernih” yang dicari-carinya itu.
            Para hadirin-hadirot, kita semua sedikit atau banyak tahu dimana tempatnya air jernih itu, tahu bagaimana caranya memperoleh “air jernih” itu, sedikit banyak kita tahu semua itu.  Mari para hadirin-hadirot, umat manusia sebagian besar kalau tidak boleh saya katakan semuanya yang haus sekali, yang membutuhkan “air jemih” yang menentukan sekali itu!. Para hadirin-hadirot, kita semua sebagai manusia yang mempunyai perikemanusiaan, mari umat manusia yang begitu butuh sekali itu kita tolong, kita tunjukkan dan kita beri “air jernih” itu. Toh kita memberi “air jernih” itu tidak berarti lalu kehilangan apa yang sudah kita miliki, balikan dengan memberikan “air jernih” itu kepada umat dan masyarakat justru malah bertambah-tambah banyaknya “air jernih” yang kita-kita miliki, yang simpan para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot, bahkan para hadirin-hadirot kalau kita tidak mau memberikan “air jernih” kepada mereka, justru kita akan kehilangan atau berkurang “air jernih” yang sudah kita miliki, yang sudah kita simpan para hadirin-hadirot, Mari para hadirin-hadirot, ibarat pasien atau orang yang sakit. Sakitnya sudah sangat gawat sekali. Sakit keras, obatnya hanya satu macam. Dan kalau tidak secepat kilat minum obat yang hanya satu itu para hadirin-hadirot, pasti dia si-sakit tadi mengalami bahaya maut. Nyawanya ! tinggal satu dua detik saja. Pasti mati kalau tidak cepat-cepat minum obat yang satu tadi, yang dapat menghidupkan kembali. Saudara-saudara semua memiliki itu para hadirin-hadirot! dan pasti kebahagiaan umat manusia hanya akan hidup dalam satu dua detik lagi saja kalau tidak memperoleh obat mujarab dari para hadirin-hadirot. Kalau terlanjur sampai menemui bahaya maut para hadirin-hadirot, siapa yang bertanggung jawab itu para hadirin-hadirot ?, Pasti kita tidak bisa lepas dari pertanggungan jawab para hadirin-hadirot. Kita mampu, sedikit atau banyak, kalau tidak memberi obat yang sangat dibutuhkan mereka itu..., dimaanaa letak peri kemanusiaan kita para hadirin-hadirot. Di mana ?
            Yah maaf , Itu binatang hewan mengerti peri kemanusiaan. Tapi mengapa kita umat manusia bahkan kita sebagai umat Islam, umatnya Rosuulihi SAW, kita sebagai bangsa Indonesia yang berpancasila, malah kita sebagai Pengamal Wahidiyah Pejuang Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW, kok tidak mau tahu, tidak punya rasa peri kemanusiaan ini bagaimana ?. janggal sekali para hadirin-hadirot !
            Oleh karena itu, mari kita para hadirin-hadirot, terutama dalam bulan Romadhon ini, Mari ! sungguh-sungguh segala kemampuan yang ada pada kita, kita sudahkan, kita kerahkan dengan sungguh-sungguh, terutama bathiniyah kita... untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW para hadirin-hadirot!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar