Senin, 07 Juli 2014

i'tiqod itu hanya ilmu


            Ini paling-paling harus menjadi merupakan I'tqod itu hanya ilmiah. Saya mengutip pendapatnya Imam ghozali.
اِذَ مُجَرَدُ اْلاِعْتِقَادِ أَىْ مُجَرَدُ الْتَوْحِيْدِ بِاْلاِ عْتِقَادِ........لاَيُوْرِثُ الْتَّوَكُلَ.
       
            Tauhid yang hanya dengan iktikat saja, ini.. “Laa yuurisut- tawakkul” tidak membuahkan tawakal pasrah bongkokan pada Tuhan. Oleh karena, “iz al-I’tiqod al ilmu” iktiqod itu hanya merupakan ilmu. Ilmu tidak bisa menghasilkan rasa menyerah bongkokan pada Tuhan. Yang dapat membuahkan rasa menyerah bongkokan adalah “al a’maal” amal-amal ibadah. Mujahadah yang dapat merubah sikap itu, sikap batin terutama, adalah amal atau mujahadah istilah Wahidiyah. Ilmu atau pengertian ilmiah hanya boleh dikatakan sebagai pengantar atau arah-arah saja. Dan dalam keadaaa yang sangat terbatas sekali.
            Perjuangan Wahidiyah bukan hanya timbulnya iktiqod saja, tapi pengalaman yang diutamakan. Pengalaman atau perasan hati terhadap kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Pengalaman atau perasaan “zauqon” ini yang diutamakan. Yang diperjuangkan oleh Wahidiyah. Adapun soal ilmiah, ya alhamdu  lillah kita umumnya ummat Islam, sudah memiliki iktiqod atau ilmiah-ilmiah. Kalau ditanya tentu begitu jawabnya. Tapi mengenai haliyah atau zauqon ini yang perlu diusahakan diperjuangkan. Pada umumnya soal haliyah ini kita masih sayang sekai.
Masih, sangat dibutuhkan!.
            Para hadirin-hadirot, mari kita adakan koreksi pengalaman kita atau zouqiyah, apakah sudah begitu ?. Artinya merasa, seperti yang kita bahas itu tadi. Ataukah baru merupakan “iktikat” saja ? kalau baru iktikat atau pengertian tauhid, ini gampang sekali lenyapnya. Jauh lebih gampang dari pengalaman dalam rasa atau zauqiyah tersebut!. Terutama dalam keadaan-keadaan yang kritis! terutama dalam menghadapi sakarotul maut! ilmiyah atau tauhid seperti itu, teka-teki sekali.
            Pernah saya utarakan. Antara lain pada minggu yang lalu yaitu soal tauhid, atau iman. Ini ada dua atau tiga macam . Antara lain dasarnya bukan dari ilmu pengetahuan. Melainkan pereaya begitu saja, dari orang tuanya, atau dari gurunya, atau dari situasi lingkungannya yang meyakini bahwa Tuhan itu Satu dan sebagainya. Iman seperti ini adalah yang paling lemah sendiri. Jika tidak senantiasa dipupuk dengan ubudiyah-ubudiyah, dengan mujahadah-mujahadah, dalam keadaan-keadaan yang berbabaya terutama, gampang sekali hilang lenyap. Terutama dalam menghadapi sakarotul maut, mudah sekali lenyapnya iman yang hanya begitu itu.
            Bentuk iman atau tauhid yang kedua, lebih kuat dari yang pertama tadi. Yaitu iman yang berdasarkan ilmiyah, yang didasarkan aqliyah. Yaitu seperti yang dibicarakan antara lain dalam kitab Kifayatul-Awam dan lain-lain kitab tauhid. Alloh SWT kok wujud, itu apa dalilnya, apa buktinya. Dalilnya atau buktinya ya adanya makhluq ini. Atau lebih positif lagi, yaitu “mungkinnya adanya makhluq”. Kalau hanya wujudnya makhluq ini, kalau tidak wujud berarti Alloh tidak ada. Tapi dengan kata-kata “imkannya wujudnya makhluq” ini, sekalipun makhluq ini tidak ada, tidak diwujudkan, tapi “kemungkinan” adanya, ini yang menjadi atau dalil atau bukti adanya Tuhan. lni yang dibahas dalam kitab kifayatul-Awam atau kitab-kitab tauhid lainya. Iman golongan kedua ini sudah lebih kuat dari yang pertama tadi. Tapi juga masih ada lagi tingkat iman yang lebih kuat lagi yaitu tingkat ketiga. Yaitu iman seperti yang diperjuangkan didalam wahidiyah ini. Yaitu perasaan zauqon, memiliki rasa dalam hati yang sunguh-sungguh. Setiap saat setiap detik bahkan dalam segala keadaan. Ini yang paling kuat dari pada yang pertama dan yang kedua tadi.
            Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, kita dikaruniai memiliki tauhid yang terakhir ini tadi, yang membaja!. Tidak bisa berubah sekalipun menghadapi suatu peristiwa yang dasyat sekali!. Ujian-ujian atau tantangan atau godaan yang begaimanapun dahsyatnya, dalam menhadapi sakarotil maut sekalipun, tidak akan berubah keadaannya!. Dalam sakarotil maut, dimana iblis dengan segala kemampuan yang ada padanya dikerahkan untuk menggelincirkan iman seseorang!. Biarpun begitu,iman bentuk ketiga ini, iman dengan sungguh-sungguh zauqiyah rasa dalam hati tidak akan mengalami perubaban sedikitpun!. Mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu para hadirin-hadirot !.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar