i'tiqod itu hanya ilmu
Ini
paling-paling harus menjadi merupakan I'tqod itu hanya ilmiah. Saya mengutip
pendapatnya Imam ghozali.
اِذَ مُجَرَدُ
اْلاِعْتِقَادِ أَىْ مُجَرَدُ الْتَوْحِيْدِ بِاْلاِ عْتِقَادِ........لاَيُوْرِثُ
الْتَّوَكُلَ.
Tauhid
yang hanya dengan iktikat saja, ini.. “Laa yuurisut- tawakkul” tidak membuahkan
tawakal pasrah bongkokan pada Tuhan. Oleh karena, “iz al-I’tiqod al ilmu”
iktiqod itu hanya merupakan ilmu. Ilmu tidak bisa menghasilkan rasa menyerah
bongkokan pada Tuhan. Yang dapat membuahkan rasa menyerah bongkokan adalah “al
a’maal” amal-amal ibadah. Mujahadah yang dapat merubah sikap itu, sikap batin
terutama, adalah amal atau mujahadah istilah Wahidiyah. Ilmu atau pengertian
ilmiah hanya boleh dikatakan sebagai pengantar atau arah-arah saja. Dan dalam
keadaaa yang sangat terbatas sekali.
Perjuangan
Wahidiyah bukan hanya timbulnya iktiqod saja, tapi pengalaman yang diutamakan.
Pengalaman atau perasan hati terhadap kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi
SAW. Pengalaman atau perasaan “zauqon” ini yang diutamakan. Yang diperjuangkan
oleh Wahidiyah. Adapun soal ilmiah, ya alhamdu
lillah kita umumnya ummat Islam, sudah memiliki iktiqod atau
ilmiah-ilmiah. Kalau ditanya tentu begitu jawabnya. Tapi mengenai haliyah atau
zauqon ini yang perlu diusahakan diperjuangkan. Pada umumnya soal haliyah ini
kita masih sayang sekai.
Masih, sangat dibutuhkan!.
Para hadirin-hadirot, mari kita adakan koreksi pengalaman
kita atau zouqiyah, apakah sudah begitu ?. Artinya merasa, seperti yang kita
bahas itu tadi. Ataukah baru merupakan “iktikat” saja ? kalau baru iktikat atau
pengertian tauhid, ini gampang sekali lenyapnya. Jauh lebih gampang dari
pengalaman dalam rasa atau zauqiyah tersebut!. Terutama dalam keadaan-keadaan
yang kritis! terutama dalam menghadapi sakarotul maut! ilmiyah atau tauhid
seperti itu, teka-teki sekali.
Pernah
saya utarakan. Antara lain pada minggu yang lalu yaitu soal tauhid, atau iman.
Ini ada dua atau tiga macam . Antara lain dasarnya bukan dari ilmu pengetahuan.
Melainkan pereaya begitu saja, dari orang tuanya, atau dari gurunya, atau dari
situasi lingkungannya yang meyakini bahwa Tuhan itu Satu dan sebagainya. Iman
seperti ini adalah yang paling lemah sendiri. Jika tidak senantiasa dipupuk
dengan ubudiyah-ubudiyah, dengan mujahadah-mujahadah, dalam keadaan-keadaan
yang berbabaya terutama, gampang sekali hilang lenyap. Terutama dalam
menghadapi sakarotul maut, mudah sekali lenyapnya iman yang hanya begitu itu.
Bentuk
iman atau tauhid yang kedua, lebih kuat dari yang pertama tadi. Yaitu iman yang
berdasarkan ilmiyah, yang didasarkan aqliyah. Yaitu seperti yang dibicarakan
antara lain dalam kitab Kifayatul-Awam dan lain-lain kitab tauhid. Alloh SWT
kok wujud, itu apa dalilnya, apa buktinya. Dalilnya atau buktinya ya adanya
makhluq ini. Atau lebih positif lagi, yaitu “mungkinnya adanya makhluq”. Kalau
hanya wujudnya makhluq ini, kalau tidak wujud berarti Alloh tidak ada. Tapi
dengan kata-kata “imkannya wujudnya makhluq” ini, sekalipun makhluq ini tidak
ada, tidak diwujudkan, tapi “kemungkinan” adanya, ini yang menjadi atau dalil
atau bukti adanya Tuhan. lni yang dibahas dalam kitab kifayatul-Awam atau
kitab-kitab tauhid lainya. Iman golongan kedua ini sudah lebih kuat dari yang
pertama tadi. Tapi juga masih ada lagi tingkat iman yang lebih kuat lagi yaitu tingkat ketiga. Yaitu iman seperti
yang diperjuangkan didalam wahidiyah ini. Yaitu perasaan zauqon, memiliki rasa
dalam hati yang sunguh-sungguh. Setiap saat setiap detik bahkan dalam segala
keadaan. Ini yang paling kuat dari pada yang pertama dan yang kedua tadi.
Ya
mudah-mudahan para hadirin-hadirot, kita dikaruniai memiliki tauhid yang
terakhir ini tadi, yang membaja!. Tidak bisa berubah sekalipun menghadapi suatu
peristiwa yang dasyat sekali!. Ujian-ujian atau tantangan atau godaan yang
begaimanapun dahsyatnya, dalam menhadapi sakarotil maut sekalipun, tidak akan
berubah keadaannya!. Dalam sakarotil maut, dimana iblis dengan segala kemampuan
yang ada padanya dikerahkan untuk menggelincirkan iman seseorang!. Biarpun
begitu,iman bentuk ketiga ini, iman dengan sungguh-sungguh zauqiyah rasa dalam
hati tidak akan mengalami perubaban sedikitpun!. Mudah-mudahan kita dikaruniai
seperti itu para hadirin-hadirot !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar